KADAR AIR TANAH
( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan )
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Dokuchnev tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Dalam ilmu tanah, terdapat istilah “berat kering” dan “berat basah”. Berat kering adalah berat yang dihasilkan tanah dari lapangan yang sudah dilakukan pengovenan, sedangkan berat basah adalahberat yang dihasilkan tanah dari lapangan yang belum dilakukan pengovenan. Tanah yang memiliki berat basah, didalamnya mengandung kadar air tanah.
Kadar air tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk menyerap air sampai kapasitas lapang terpenuhi. Menurut Hanafiah (2007), kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi. Jika kapasitas lapang tidak terpenuhi, maka di dalam tanah dapat terjadi fase layu permanen kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya. Dalam hal ini, bisa jadi tumbuhan tidak dapat hidup di tempat tersebut dan bisa jadi tumbuhan yg berada di tempat tersebut akan layu dan akhirnya akan mati.
Agar kita dapat memnentukan kadar air yang terkandung dalam tanah dan faktor apa saja yang memengaruhinya, maka dilakukanlah percobaan ini.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
1. Untuk menentukan kadar air yang terkandung di dalam tanah
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kadar air dalam tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air dalam tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, dkk, 1986).
Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah- tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Hanafiah, 2007).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sekop, penggaris, timbangan, oven, dan kertas. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel tanah yang akan diamati.
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
1. Menggali tanah dengan sekop sedalam 30cm.
2. Mengambil sempel tanah kira-kira 5 gram setiap kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm.
3. Meletakkan tanah pada sehelai kertas.
4. Menimbang tanah dan mencatat beratnya sebagai “ berat basah”.
5. Mengeringkan tanah dengan oven selama 24 jam.
6. Mengeluarkan sampel tanah dari oven.
7. Menimbang sampel tanah dan mencatat beratnya sebagai “berat kering”.
8. Menghitung kadar air dari data yang diperoleh.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil berat sampel tanah dengan kertas
No
|
Kedalaman (cm)
|
Berat kertas (gr)
|
Berat tanah +kertas (gr)
|
Berat tanah (berat kotor-berat kertas) (gr)
|
1
|
0-10
|
2,08
|
17,09
|
15,01
|
2
|
10-20
|
2,12
|
18,04
|
15,92
|
3
|
20-30
|
2,01
|
18,02
|
16,01
|
Tabel 2. Hasil berat sampel tanah
No
|
Kedalaman
|
Berat basah (gr)
|
Berat kering (gr)
|
|
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
0-10
|
15,01
|
15,01
|
15,01
|
10,77
|
10,77
|
10,77
|
2
|
10-20
|
15,92
|
15,92
|
15,92
|
9
|
9
|
9
|
3
|
20-30
|
16,01
|
16,01
|
16,01
|
8,89
|
8,89
|
8,89
|
Tabel 3. Hasil perhitungan kadar air
No
|
Kedalaman (cm)
|
Kadar air (berat
basah-berat kering)
|
1
|
0-10
|
4,24
|
2
|
10-20
|
6,92
|
3
|
20-30
|
7,03
|
B. Pembahasan
Dari pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami, kadar air yang terkandung di dalam tanah sampel yang diambil dan berlokasi di lapangan sepak bola, didapatkan kadar air pada kedalaman 0-10 adalah 4,24; 10-20 adalah 6,92; 20-30 adalah 7,03. Untuk dapat menentukan angka di atas,kita harus menentukan berat basah dan berat kering terlebih dahulu. Berat besah didapat dari tanah yang ditimbang sebelum dilakukan pengovenan, sedang kan berat kering didapat dari penimbangan setelah dilakukanlah pengovenan.pengovenan berfungsi agar air yang terkandung di dalam tanah tersebut dapat mengering. Hal ini sesuai dengan Hakim dkk (1986) yaitu cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut.
Faktor yang memengaruhi angka tersebut salah satunya adalah kedalaman solum tanah atau lapisan tanah. hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007), yaitu ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah
1. Untuk menentukan kadar air, kita harus menentukan berat basah dan berat kering terlebih dahulu. Berat besah didapat dari tanah yang ditimbang sebelum dilakukan pengovenan, sedang kan berat kering didapat dari penimbangan setelah dilakukanlah pengovenan. Angka kadar air dapat kita tentukan dengan cara berat basah dikurang berat kering.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kadar air dalam tanah adalah banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Hakim. N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
www.sumberajaran.com/2012/11/laporan-praktikum-ddit-kadar-air.html
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Laporan Kadar Air Tanah"
Posting Komentar