MAKROFAUNA TANAH
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari keperluan akan tanah. Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang hidup di darat. Tanah berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, maka dari itu tanah merupakan komponen alam yang utama untuk menunjang kehidupan makhluk hidup.
Organisme yang hidup di dalam tanah ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu. Organisme yang bermanfaat antara lain cacing tanah dan bakteri tertentu yang dapat mengubah CO (karbon monoksida) yang beracun menjadi CO2 (karbon dioksida) atau mengikat N dari udara.
Fauna tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah guna menyediakan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Kotoran organisme perombak ini akan ditumbuhi bakteri untuk diuraikan lebih lanjut dengan bantuan enzim spesifik sehingga terjadi proses mineralisasi (Hilwan dan Handayani, 2013).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Agar mahasiswa mengetahui jenis makrofauna yang terdapat di dalam tanah
2. Agar mahasiswa mengetahui cara mengidentifikasi makrofauna di dalam tanah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tempat atau tanah apa yang paling banyak memiliki variasi jenis makrofauna
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tempat atau tanah apa yang paling banyak memiliki jumlah makrofauna
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasar ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai 200 mikron, mesofauna berkisar 200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter.( Isnan dkk, 2014 )
Adanya bahan organik tanah di piringan yang berkorelasi dengan makrofauna tanah, dapat menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengalami humifikasi melalui dekomposisi yang dilakukan oleh makrofauna tanah, sehingga dari hal tersebut bahan organik menghasilkan senyawa humik. Senyawa humik tersebut berfungsi sebagai bahan perekat dalam pembentukan agregat tanah (Putra dkk, 2013).
Adanya lubang-lubang cacing tanah ataupun dari makrofauna tanah lainnya dapat meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi air, sehingga dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan cacing tanah mampu menurunkan kepadatan tanah dan meningkatkan potensi ketersediaan air bagi tanaman. Cacing tanah dengan kemampuannya mencerna tanah dan melepaskan kembali dalam bentuk kascing yang memiliki stabilitas agregat tinggi, selain dapat memperbaiki aerasi tanah (melalui lubang-lubang yang dihasilkan) juga dapat mengembalikan kandungan liat yang tereluviasi dari lapisan bawah ke lapisan atas. Kascing merupakan makroagregat yang stabil dan dapat bertahan lebih dari 1 tahun (Putra dkk, 2013).
Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem lahan yang keberadaan fauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lahan tersebut. Ada fauna tanah yang memerlukan kondisi iklim mikro tertentu ada juga fauna tanah yang dapat hidup pada kondisi ekstrim tertentu Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi mineral organik tanah. Suhu yang ideal untuk habitat cacing tanah di daerah tropic antara 15-25oC. (Wawan Halwany, 2013)
Fauna tanah sensitive terhadap perubahan kondisi lahan. Oleh karena itu segala bentuk perlakuan atau tindakan yang menyebabkan hilangnya fauna tanah perlu dikurangi/dihindarkan diantaranya penggunaan herbisida atau bahan kimia lainnya sehingga diharapkan ekosistem lahan tersebut terjaga dengan baik. (Wawan Halwany, 2013)
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul, thermometer, pitameter, oven, timbangan, lembar pengamatan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari tiap plot.
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat 2 plot 1m x 1m pada lahan terbuka dan lahan tertutup
2. Membuat lubang sedalam 20cm di dalam setiap plot sebanyak 5 lubang
3. Memeriksa makrofauna yang ada pada setiap lubang
4. Mencatat jenis dan jumlah makrofauna pada lembar pengamatan
5. Mengukur suhu tanah dengan thermometer
6. Mencatat suhu pada lembar pengamatan
7. Mengambil sample tanah pada setiap plot
8. Menimbang sampel tanah dan mencatat beratnya sebagai berat basah
9. Mengoven sampel tanah.
10. Menimbang sampel tanah yang telah dioven sebagai berat kering
11. Menghitung kadar air tanah dan mencatat pada lembar pengamatan
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Pengamatan pada lahan tertutup
No plot
|
Lubang I
|
Lubang II
|
Lubang III
|
Lubang IV
|
Lubang V
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
1
|
C=2
|
C=3
|
C=7
|
C=3
|
C=8
X1=3
|
C=23
X1=3
|
C=4,6
X1=0,6
|
2
|
C =5
L=1
|
C =8
X1=1
|
C =4
|
C =7
X1=1
|
C =4
X1=1
|
C=28
L=1
X1=2
|
C=5,6
L=0,2
X1=0,4
|
Keterangan: Tabel di atas diambil berdasarkan pengamatan pada lokasi arboretum sosial ekonomi.
No.plot 1 (dibawah vegetasi tangkil /300C), no.plot 2 (dibawah vegetasi mahoni/270C), C (cacing), X1 (makrofauna yang tidak di kenali jenis 1), L (lipan).
Tabel 2. Pengamatan pada lahan terbuka
No plot
|
Lubang I
|
Lubang II
|
Lubang III
|
Lubang IV
|
Lubang V
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
1
|
C=3
|
C=2
L=1
|
C=3
L=1
X1=1
|
C=1
|
C=1
|
C=10
L=2
X1=1
|
C=2
L=0,4
X1=0,2
|
2
|
C =1
|
C =2
X1=2
|
C =1
|
C =3
X2=1
|
C =1
|
C=8
X1=2
X2=1
|
C=1,6
X1=0,4
X2=0,2
|
Keterangan: Tabel di atas diambil berdasarkan pengamatan pada lokasi arboretum fakultas teknik.
No.plot 1 (280C), no.plot 2 (270C), C (cacing), X1 (makrofauna yang tidak di kenali jenis 1), X2 (makrofauna yang tidak di kenali jenis 2), L (lipan).
Tabel
3. Kadar air tanah sampel
lokasi
|
Nomor plot
|
Berat kertas (g)
|
Berat basah (g)
|
Berat kering
(g)
|
Kadar air (g)
|
Tertutup
|
1
|
2,00
|
18,39
|
14,85
|
3,54
|
2
|
3,38
|
18,27
|
14,48
|
3,79
|
Terbuka
|
1
|
2,09
|
18,03
|
14,36
|
3,67
|
2
|
2,15
|
18,35
|
13,58
|
4,77
|
B. Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa perbedaan lokasi plot sangat berpengaruh terhadap makrofauna yang terkandung di dalamnya. Hal itu dibuktikan oleh banyaknya C (cacing) pada lokasi yang tertutup oleh vegetasi dibandingkan dengan lokasi yang terbuka ( tidak tertutup oleh vegetasi).
Makrofauna yang disebut saprofagus diantaranya adalah cacing tanah, termite, semut, dan millipede atau kaki seribu. Makrofauna ini tidak mempunyai peran melapuk bahan organik untuk dirinya sendiri saja, tetapi juga melapuk untuk merangsang serangan mikrobia hasil remahan makroorganisme tersebut. Karena itu, terdapat berbagai macam tanah dengan komposisi organisme tanah dan mikroorganisme tanah yang berbeda pula. Kondisi tanah asam yang miskin hara dengan ciri bahan organik yang berserabut akan didominasi oleh mite kecil, cacing enchytracid, dan collembola yang berasosiasi dengan cendawan. Pada kondisi yang agak netral dengan bahan organik yang masak dan unsur hara tinggi, akan dijumpai organisme tanah golongan invertebrata dan kaki seribu yang berasosiasi dengan bakteri. Sedangkan tanah dengan pH netral didominasi oleh cacing (Handayanto 1996 dalam Arief 2001 dalam Hilwan dan Handayani,2013).
Pada lokasi yang tertutup dalam plot 1 terlihat jumlah cacing adalah 23 dengan rata-rata per plot 4,6 dan makrofauna yang tidak di kenali jenis 1 berjumlah 3. Sedangkan pada plot 2 jumlah cacing adalah 28 dan ditemukan seekor lipan serta makrofauna yang tidak di kenali jenis 1 sebanyak 2 ekor.
Pada lokasi terbuka dalam plot 1 ditemukan cacing yang berjumlah 10 dengan rata-rata perlubang 2 ekor. Ditemukan 2 ekor lipan dan 1 makrofauna yang tidak di kenali jenis 1. Sedangkan pada plot 2 ditemukan 8 cacing, makrofauna yang tidak di kenali jenis 1 sebanyak 2, dan makrofauna yang tidak di kenali jenis 2 sebanyak 1. Kadar air ditentukan dengan cara mengurangkan berat basah dengan berat kering.
Pada lokasi yang tertutup oleh vegetasi hanya terdapat 3 jenis makrofauna tanah yakni, cacing, lipan dan X1, sedangkan pada lokasi yang terbuka ditemukan 4 jenis makrofauna yaitu, cacing, lipan, X1, dan X2. Pada tanah yang tertutup oleh vegetasi, hanya ada seresah di bagian permukaan tanah, sedangkan pada lahan terbuka, dipermukaan tanah ditumbuhi oleh rerumputan dan semak, dan terletak pada tegakan damar kaca (Shorea javanica). Perbedaan jumlah spesies fauna tanah pada berbagai kondisi lahan disebabkan oleh adanya keragaman jenis dan keadaan tumbuhan penutup tanah, sifat-sifat fisik dan kimia tanah (Purwowidodo & Wulandari 1998 dalam Latifah 2002 dalam Hilwan dan Handayani,2013). Hal inilah yang menyebabkan bervariasinya jenis makrofauna pada tanah lahan yang diamati.
.
Makrofauna sangat berperan penting untuk kegemburan tahan, kegemburan tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori tanah menurut putra, 2013 bahwa Pembentukan pori-pori tanah juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas akar-akar tanaman dan makrofauna tanah terutama jenis Hymenoptera (semut) dan jenis Olighochaeta (cacing tanah). Menurut Brata dan Nelistya (2008) dalam Putra (2013), bentuk biopori menyerupai terowongan kecil di dalam tanah, bercabang-cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah. Pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, serta aktivitas makrofauna tanah seperti jenis Hymenoptera (semut) dan jenis Olighochaeta (cacing tanah) di dalam tanah. Menurut Simanjuntak (2005) dalam Putra (2013), aktivitas cacing tanah, semut dan rayap yang memakan bahan organik akan meninggalkan banyak pori dalam profil tanah sehingga porositas tanah meningkat.
Adanya sumber bahan organik dapat mempengaruhi kehidupan makrofauna tanah dalam menjalani aktivitasnya di dalam tanah untuk proses perombakan-perombakan di dalam tanah (Putra,2013).
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam percobaan ini adalah
1. Makrofauna yang terdapat dalam lahan tertutup oleh vegetasi adalah cacing, lipan dan X1, sedangkan pada lahan terbuka adalah cacing, lipan, X1, dan X2.
2. Untuk mengetahui makrofauna yang ada di dalam tanah dapat dilakukan dengan cara membuat plot kemudian dilakukan penggalian pada plot tersebut, dan diidentifikasi makrofauna yang terdapat dalam tanah itu.
3. Tanah yang memiliki variasi jenis makrofauna yang paling banyak adalah jenis lahan yang meiliki variasi jenis vegetasi yang banyak pula,
4. Tanah yang memiliki jumlah makrofauna yang banyak adalah jenis tanah yang memiliki banyak kandungan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Halwany, Wawan. 2013. Balai penelitian Kehutanan Banjar Baru : Peranan dan Fungsi Fauna Tanah. http://foreibanjarbaru.or.id/archives/530. Diakses pada tanggal 29 mei 2014.
Hilwan, Iwan dan Handayani, Eko Putranti. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka-
Belitung. Vol. 04 No. 01 April 2013, Hal. 35 – 41. journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/download/6928/5399. Diakses pada tanggal 29 Mei 2014
Putra, Muhammad, dkk 2013. Makrofauna Tanah Pada Ultisol Di Bawah Tegakan Berbagai Umur Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq). http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4429/MUHAMMAD%20PUTRA%20(0806114007).pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 29 Mei 2014.
Isnan, Whimpy Faizal, dkk. 2014. Studi Keanekaragaman Hewan Tanah (Epifauna) Di Perkebunan Kubis (Brassica Oleracea L) Dengan Sistem Terasering Di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu. http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6DB4594912BA954F4E846FFB36BC2E21.doc. Diakses pada tanggal 29 Mei 2014.
Belum ada tanggapan untuk "Laporan Makrofauna Tanah"
Posting Komentar