pH MODERN
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Selain kandungan unsur hara dalam tanah, yang menentukan tingkat kesuburan tanah ialah tingkat kemasaman tanah (pH). Tingkat kemasaman dalam tanah juga berperan dalam menentukan unsur organik yang ada di dalam tanah. Dengan kata lain tingkat kemesaman (pH) uga berhubungan dengan ketersediaannya hara dalam tanah. pH juga dapat diartikan sebagai suatu presentasi kadar air pada suatu tanah yang dinilai dengan sifat. Skala pH mencangkup dari nilai 0 sampai dengan 14. Untuk nilai 7 pH tersebut dikatakan netral, nilai dibawah 7 dikatakan asam dan basa bila nilai diatas 7. Menurut Hakim dkk (1986), pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman. Untuk itu kita harus tahu bagaimana cara mengindikasi pH tanah.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengindikasi pH tanah menggunakan indikator pH modern.
- Agar mahasiswa dapat mengetahui karakter pH (asam, basa, dan netral) melalui indikator yang digunakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hakim dkk, 1986).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan usur hara; juga terdapat beberapa hubungan antara ph dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1) Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2) Campurkanlah mereka untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3) Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H2 larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth, 1984).
Tanah masam umumnya tidak produktif untuk meningkatkan tingkat produktifitas tanah. pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari pengapuranadalah fosfat menjadi lebih tersedia, kalium menjadi lebih efisien, dalam unsur hara tanaman, struktur tanahnya menjadi lebih baik dan organisme kehidupan dalam tanah menjadi lebih giat, menambah Ca dan Mg bila yang digunakan adalah dolomit, dan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracun bagi tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang. Selain tanah-tanah yang bereaksi masam, terdapat juga tanah-tanah yang bereaksi basa dengan derajat pH lebih dari 8,0. Tanah-tanah demikian perlu diturunkan pH-nya sampai netral agar pemanfaatan untuk berusaha tani lebih baik. Usaha untuk menurunkan pH pada tanah yang reaksinya basa dapat dilakukan dengan memberi beberapa bahan, yaitu tepung belerang (S). Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk menaikkan pH tanah yang paling umum pada tanah-tanah pertanian yang menghendaki perbaikan derajat keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan (Manik,2002).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan kedalam beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Biasanya tanah-tanah masam umum dijumpai didaerah iklim basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi H+ melebihi konsentrasi ion OH-. Tanah tersebut dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan terdapat didaerah iklim agak kering hingga kering. Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah (Tan, 1992).
Faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah (pH) adalah Kejenuhan basa yang mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan aluminium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa semakin masam pulalah reaksi tanah tersebut atau pH-nya makin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Hakim, dkk, 1986).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini antaralain, gelas plastik, kertas lakmus, pH meter, sekop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antaralain sampel tanah.
B. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam percobaan ini antara lain
- Ambil satu sampel tanah
- Masukkan sampel tanah kedalam larutan akuades
- Aduk, kemudian endapkan larutan tanah
- Ukur dengan kertas lakmus dan pH meter
- Amati dan catat hasilnya
- Bandingkan hasil masing-masing pH antara kertas lakmus dengan pH meter.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil PengamatanAdapun hasil dari pengamatan percobaan ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil pengukuran
pH
No
|
Lokasi
sampel tanah
|
pH
meter
|
Kertas
lakmus
|
Sifat
pH
|
lakmus
|
pH
meter
|
1
|
Arboretum
(bawah kelapa)
|
7,42
|
7
|
Netral
|
Basa
|
B. Pembahasan
pH tanah merupakan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka tanah bersifat asam, tetapi jika OH- lebih banyak dari H+ maka tanah bersifat basa. Hal ini sesuai dengan Hakim, dkk (1986) bahwa makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan menggunakan indikator alami ataupun modern, indikator alami berupa bunga sepatu, kunyit, dan tanaman hydrangea. Pada percobaan ini pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan indikator modern, antara lain pH meter dan kertas lakmus. pH meter merupakan alat yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan dengan menunjukan angka dan suhu larutan. Pada penggunaan pH meter, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran. Prinsip utama pH meter adalah pengukuran arus listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik pada larutan. Penggunaan kertas lakmus sebagai indikator pH dilakukan dengan pencocokan skala, yaitu dengan mengombinasikan 4 indikator yang berbeda warna. Kombinasi warna yang berbeda di skala 1-14 sesuai dengan pH sistem yang diukur.
Sampel tanah yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah pada kedalaman 0-10 cm. Sampel tanah dilarutkan kedalam akuades kemudian diaduk hingga tanah bercampur dengan akuades. Setelah itu larutan diendapkan sehingga tanah mengendap. Kemudian dilakukan pengukuran pH menggunakan kertas lakmus. Pada pengukuran menggunakan kertas lakmus, setelah dicocokkan dengan warna yang telah tertera, didapatkan pH 7 (netral). Setelah selesai pengukuran menggunakan kertas lakmus, dilanjutkan pengukuran menggunakan pH meter. Sebelum pengukuran menggunakan, pH meter harus dikalibrasi dengan cara menyelupkan pendeteksi kedalam akuades agar pendeteksi tidak mengandung asam ataupun basa. Setelah itu masukkan pendeteksi kedalam larutan tanah. Setelah diamati, ternyata pH meter menunjukkan pH 7,42, yang artinya larutan tanah tersebut bersifat basa. Perbedaan tersebut dikarenakan nilai pH pada kertas lakmus hanya bersifat pendekatan ( kualitatif) sehingga hasil pH yang diperoleh tidak akurat.
Kelebihan dan kekurangan dari pengguanaan pH meter adalah pengukuran pH relatif akurat, selain itu pemakaiannya dapat dilakukan berulang-ulang. Akan tetapi, alat ini sangat mahal sehingga sulit terjangkau. Sedangkan untuk penggunaan kertas lakmus hanya sekali pakai, nilai pH yang terukurpun hanya bersifat pendekatan (bersifat kualitatif) sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. Namun, penggunaan kertas lakmus lebih murah dibanding dengan pH meter.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam percobaan ini adalah
- Untuk menentukan sifat keasaman suatu larutan dapat menggunakan suatu indikator, antara lain pH meter dan kertas lakmus.
- Karakter sifat pH pada indikator modern adalah apabila pH menunjukkan nilai >7 maka larutan tersebut bersifat asam; apabila pH menunjukkan nilai =7 maka larutan tersebut bersifat netral; apabila pH menunjukkan nilai >7 maka larutan tersebut bersifat basa.
DAFTAR PUSTAKA
- Foth, H. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. ITB. Bandung.
- Manik. 2002. pH Tanah. Erlangga: Jakarta.
- Tan, Kim. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Laporan pH Modern"
Posting Komentar